Multimedia Mengubah Wajah Dunia
Multimedia tengah mendefinisikan ulang sistem komunikasi sebagai bagian yang nyata dari infrastruktur masyarakat. Multimedia memudahkan perusahaan melakukan merger dan aliansi, berkantor dari rumah, home shopping, bisnis dan iklan, penerbitan elektronik, proses belajar-mengajar, serta rekayasa ulang perusahaan, hingga multimedia sebagai alat pasar massa.
Banyak perusahaan melakukan merger atau aliansi dengan perusahaan lainnya, bahkan dengan pesaingnya. Misalnya General Motor beraliansi dengan Ford Motor untuk mengeksplorasi aplikasi e-commerce multimedianya. Laporan Broadview Investment Service (BIS) menyebutkan bahwa terdapat 374 kesepakatan media digital yang dibuat selama paruh pertama tahun 1999, dengan nilai sekitar 36,5 milyar dolar. Jumlah itu lebih tinggi dibanding dengan 112 merger yang bernilai 4,5 milyar dolar pada paruh pertama tahun 1998. Semua itu dilampaui oleh merger senilai 36,75 dolar antara Viacom dan CBS, yang merupakan kesepakatan terbesar antara media yang pernah tercapai. Akuisisi Viacom terhadap CBS telah menciptakan satu daya pukau Internet yang luar biasa, yang menjangkau hiburan, olah raga, keuangan dan segala pernik e-commerce (Reuter, CNET News.com, 7/9/99).
Demikian juga ketika Microsoft bersama NBC Network menciptakan MSNBC.COM. Pesona yang dimiliki merek televisi jaringan semakin mempercepat peralihan pemirsa televisi menjadi pengguna online, kemudian layanan online menjadi bagian rutin cara masyarakat menonton televisi (Broadcasting & Cable, 6/5/96). Hal yang sama dilakukan oleh America Online (AOL) yang menanamkan 1,5 milyar dolar di Hughes Electronics Corporation, pemilik layanan satelit Direct TV, sehingga AOL dapat memasarkan Direct TV yang ditopang dengan layanan Internet-on-TV dari AOL (San Jose Mercury News, 22/6/99). Kemudian AOL mengawali milenium baru dengan melakukan kesepakatan terbesar dengan mengakuisisi Time Warner senilai 182 milyar dolar. Perusahaan yang baru ini dinamakan AOL Time Warner, yang merupakan perkawinan antara layanan online terbesar dengan konglomerat media terbesar di dunia.
Multimedia juga mengubah tempat kerja. Telecommuting atau teleworking memungkinkan karyawan dapat bekerja di rumah, di jalan, di tempat pelanggan atau bila sedang bepergian, yaitu dengan menggunakan komputer yang tersambung dengan komputer kerja karyawan. Telecommuting pertama digunakan oleh bagian pengetikan dan pembukuan, tetapi sekarang para profesional mulai mengerjakan sebagian pekerjaannya di rumah atau di jalan. Menurut laporan Deloitte & Touche, telecommouting menempati porsi 45% dari seluruh lapangan kerja baru dari tahun 1987 sampai tahun 1992 (Atlanta Constitution, 2/1/94). Survei yang dilakukan kelompok riset Work/Family Direction menemukan 20% sampai 40% pegawai akan berkantor dari rumah (Wall Street Journal, 14/12/93). Lebih banyak perusahaan di Amerika Serikat mengijinkan pegawainya berkantor dari rumah pada tahun 1996, dengan 1,5 juta perusahaan yang memiliki kebijakan telecommuting selain di kantor (USA Today, 18/6/96). Gempa di California menyebabkan lebih banyak pegawai memilih telecommuting karena butuh waktu lama untuk memperbaiki kerusakan berbagai rute jalan di sekitar Los Angeles (Investor's Business Daily, 27/1/94). Selain mengurangi kepadatan lalu-lintas, sebuah studi yang dilakukan Arthur D. Little juga menunjukkan betapa telecommuting dapat menurunkan pemakaian bahan bakar dan mengurangi polusi udara. Misalnya, berkurangnya 10% sampai 20% perjalanan yang dilakukan orang di Amerika bisa menghemat 3,2 galon bahan bakar per tahun (Atlanta Constitution, 2/12/93). Telecommuting juga berdampak pada industri pakaian, yang menyebabkan turunnya penjualan pakaian kantor karena semakin banyak orang yang bekerja dari rumah (St. Petersburg Times, 3/1/94). Para ahli memprediksi 10 tahun sampai 15 tahun mendatang 50% dari seluruh pekerjaan dikerjakan di rumah, di jalan atau di situs web pelanggan. Microsoft menyediakan perangkat lunak telecommuting yang sangat bagus secara cuma-cuma. Perangkat lunak yang bernama Netmeeting ini memungkinkan dilakukannya percakapan real time dan bertukar data melalui internet. Dengan begitu dua orang atau lebih dapat saling berbagi aplikasi, mentransfer file, bersama-sama melihat dan memberi ilustrasi pada papan yang sama serta saling bercakap-cakap satu sama lainnya.
Multimedia mengubah cara orang berbelanja. Daripada lelah menelusuri toko ke toko lain untuk memperoleh barang dengan ukuran dan corak yang Anda inginkan dan kemudian Anda harus antri di kasir, dengan layanan teleshopping atau home shopping memungkinkan Anda berbelanja dari rumah. Layanan teleshopping juga menyediakan layanan informasi tentang setiap produk yang Anda inginkan dari katalog elektronik dan Anda dapat membelinya secara online. Hal ini berbeda dengan homeshopping lewat televisi, di mana Anda hanya dapat membeli hanya produk yang ditampilkan di televisi. Menurut survei CommerceNet/Nielsen, pada tahun 1999 saja jumlah orang yang berbelanja lewat fasilitas online meningkat hingga 55 juta. Dari jumlah ini, 28 juta melakukan belanja online, 9 juta membeli sesuatu lewat online setidaknya sebulan sekali dan 1 juta orang melakukan belanja online setiap minggu sekali. Pada tahun 1999 penjualan melalui elektronik shopping naik hingga lebih dari 98 milyar dolar per tahun dan diperkirakan akan naik hingga 1,2 triliun dolar pada tahun 2003 (CNEt News, 7/7/99).
Multimedia juga mengubah wajah bisnis. Dengan multimedia, perusahaan menciptakan nilai yang diharapkan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan perusahaan dalam operasinya. Hal yang paling sederahana adalah yang dilakukan Nokia, yaitu membuat dan menjual telepon seluler dan akhirnya mendapatkan keuntungan dari penjualan secara online. Online shopping dan online banking kini menciptakan suatu masyarakat tanpa kasir dengan menghapus kebutuhan uang cetak. American Express Membership B@nking (Wall Street Journal, 23/7/99). The Gardner Group memprediksikan pembayaran rekening melalui Internet akan menjadi umum pada tahun 2002, saat pembayaran rekening secara online (USA Today, 4/8/99). BCA dengan klik BCA-nya memberikan pelayanan seperti ini untuk membidik pasar globalnya.
Multimedia menjadikan pasar pialang menjadi lebih dinamis. Internet melayani provider untuk mendatangi undangan secara otomatis untuk melakukan penawaran. Hal ini menjadikan pasar pialang online ikut mempengaruhi pertumbuhan sektor jasa keuangan dengan aset yang diproyeksikan berkembang dari 415 milyar dolar tahun 1998 menjadi 3 triliun dolar pada tahun 2003 (NUA Internet Service, 6/9/99). Pialang online memberi jalan bagi orang kebanyakan untuk melakukan pembelian saham online daripada melakukan pembelian saham melalui pialang saham tradisional. Forrester Research memprediksi pembelian saham online terutama akan populer di Eropa yang pelanggan pialang online-nya diperkirakan meningkat dari 1,3 juta pada tahun 2000 menjadi 14 juta pada tahun 2004. Giga Information Group memperkirakan bahwa di seluruh dunia, korporasi-korporasi akan bisa menghemat 1,25 triliun dolar dengan menjalankan bisnis melalui Internet (Washington Post, 4/8/99).
Iklan Internet mendefinisikan ulang arti dari iklan. Iklan Internet merupakan media kaya, dinamis, orang ke orang, interaktif dan dapat membayar operasi layanan web, seperti halnya iklan pula yang menutup biaya siaran televisi sehingga kita bisa menonton televisi tanpa membayar. Misalnya, iklan-iklan komersial membayar search engine terkenal seperti Yahoo di http://www.yahoo.com. Pada tahun 1998, para pengiklan menghabiskan 1,9 milyar dolar untuk beriklan di Internet, melampaui biaya yang dikeluarkan untuk iklan outdoor yang diperkirakan 1,6 milyar dolar pada tahun yang sama (Internet Index, 31/5/99).
Multimedia mengubah cara kita membaca koran dengan menghapus kebutuhan akan kertas dengan menawarkan pernik-pernik multimedia, termasuk penelusuran full-teks, grafik, audio dan video. Menurut Kelsey Group, lebih dari 2.700 surat kabar sedang mencoba penerbitan elektronis ini, sedangkan pada tahun 1989 hanya 42 surat kabar. Yang mendorong eksperimen ini ialah fakta bahwa separuh dari anak muda berusia 18-24 tahun tidak membaca koran sama sekali (US News & World Report, 16/5/99).
Penerbitan elektronis juga berdampak pada industri pendidikan. Sekolah-sekolah mulai menginvestasikan anggaran buku ke dalam teknologi multimedia. Misalnya, dengan melengkapi komputer di perpustakaan dapat mengakses Internet atau melengkapi mahasiswa dengan laptop sehingga dapat mengakses materi pelajaran secara online. Harvard Business School menginvestasikan dana 10 juta dolar untuk menjalankan aplikasi berbasis web setelah mengkaji ratusan eksperimen yang mencoba memanfaatkan teknologi informasi di perguruan tinggi, sekolah menengah dan sekolah dasar serta program persamaan/penyetaraan. Kulik (1985,1986,1991 dan 1994) melaporkan adanya kemajuan pembelajaran yang rata-rata naik satu angka (ukuran efektif = 0,32), serta adanya pengurangan waktu yang dibutuhkan mahasiswa atau siswa untuk mengerti (rata-rata 34% di perguruan tinggi dan 24% di sekolah menengah). Bahkan dengan multimedia ini dapat menghilangkan hambatan belajar dalam waktu yang sama atau tempat yang sama, yang kita kenal dengan Belajar Jarak Jauh (Distance Learning).
Internet tengah bersaing dengan televisi memperebutkan waktu luang masyarakat. Sebuah survei yang dilakukan Emerging Technologies Research Group menyebutkan, pengguna Internet rata-rata menghabiskan waktu 6,6 jam tiap minggu untuk surfing di Internet, waktu yang sebelumnya digunakan untuk menonton televisi, mendengarkan radio, atau bercakap-cakap melalui saluran telepon jarak jauh. Waktu rata-rata untuk sekali akses adalah 68 menit (Tampa Tribune, 12/1/96). Sebuah kajian yang dilakukan Nielsen melaporkan hal serupa, kesimpulannya lebih banyak waktu yang dihabiskan pengguna Internet untuk melakukan surfing di Internet daripada waktu yang dilewatkan pemirsa televisi bersama VCR-nya (Dow Jones News, 30/10/95). Persentase perempuan yang menggunakan Internetpun meningkan secara mantap, dari 33% pengguna pada tahun 1996 menjadi 46% di tahun 1999 (CommerceNet/-Nielsen Survey, 17/6/99).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar